![]() |
Aang Mardiyanto |
Genangan air membanjiri bekas pijakan
kakiku. Mengalir, menyalurkan sederet suara percikan yang mengiang-ngiang dalam
otakku. Ditemani segelas perasan jeruk manis, ku lihat kabut
menyelimuti panorama pemandangan bukit biru. Burung-burung menembus kegelapan
dengan harapan menemukan sebaris pelangi yang mewarnai sore itu. Bernyanyi
dalam hati layaknya anak kecil belajar nada-nada kehidupan.
Aku terlena merasakan kesejukan di setiap
pori-pori ragaku. Melelehkan hati akan pengakuan kekuasaan Tuhan. Orang-orang
berucap betapa indahnya hiruk pikuk yang Tuhan ciptakan untuk menemani nuansa
hening hidup ini. Sedikitpun aku tak beranjak memalingkan pandanganku pada