malam itu, aku duduk dengan sejuta ketiadaan.
Melihat kuncup bunga diselimuti kegelapan
menunggu kesejukan yang membawa embun membasahi khyalan
bersiap menyandarkan segala harapan pada pangkuan sepasang tangan. . .
mataku terpejam
duniaku berubah jadi terang
kesejukan telah terasa beberapa waktu yang lalu
muncullah drama cinta sepasang merpati, menari-nari di pulupuk maraku. . .
aku senang
aku bahagia menyaksikannya
dan aku sadar, telah lama tak merasakan belaian
lama tak merasakan buaian bahkan rayuan
sesaat kemudian
aku melihat cahaya
cahaya itu terang sekali
tak ada yang dapat menandinginya
bahkan dari terangnya, air mataku menetes
aku sulit menguraikannya
entah ini tangisan atau karena kelilipan saja
masa bodoh. . . .
aku ikuti permainan ini
ambisiku besar . . .
kan ku cari sendiri puncak klimaksnya
biar jelas
karena aku tak ingin keturunanku memikirkan kebodohan ini. . .
aku tak peduli orang-orang berkata bahwa aku tertidur bersama kenaifan
yang penting langit masih cerah meskipun awan selalu membuat penglihatanku gelap. . .
tapi aku percaya pada hujan
karena hujan tak akan berlama-lama diperut awan
dan awanpun tak akan sanggup menahannya
meskipun pada akhirnya awan akan marah dan mengeluarkan semua isi perutnya hingga tercipta genangan air diatas mata. . .
semuanya ketakutan
oarang-orang berlari
ku coba suarakan "langit sudah cerah, awan sudah melahirkan"
mereka berduyun-duyun menghampiriku
aku cemas
bahkan aku heran
hal yang tak ku inginkan terjadi
badanku sakit
wajahku memar
mulutku penuh darah
mataku terpejam
orang-orang membantaiku . . .
untung masih tertinggal satu tarikan nafas
untuk melihat satu keindahan yang abadi
ku buka mata,
kemudian ku lihat pelangi
hatiku tersenyum
orang-orangpun ikut tersenyum. . . .
Kamis, 16 Mei 2013
Cerita Malam
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar