This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Kamis, 16 Mei 2013

Cerita Malam

malam itu, aku duduk dengan sejuta ketiadaan.
Melihat kuncup bunga diselimuti kegelapan
menunggu kesejukan yang membawa embun membasahi khyalan
bersiap menyandarkan segala harapan pada pangkuan sepasang tangan. . .

mataku terpejam
duniaku berubah jadi terang
kesejukan telah terasa beberapa waktu yang lalu
muncullah drama cinta sepasang merpati, menari-nari di pulupuk maraku. . .

aku senang
aku bahagia menyaksikannya
dan aku sadar, telah lama tak merasakan belaian
lama tak merasakan buaian bahkan rayuan

sesaat kemudian
aku melihat cahaya
cahaya itu terang sekali
tak ada yang dapat menandinginya
bahkan dari terangnya, air mataku menetes
aku sulit menguraikannya
entah ini tangisan atau karena kelilipan saja

masa bodoh. . . .
aku ikuti permainan ini
ambisiku besar . . .
kan ku cari sendiri puncak klimaksnya

biar jelas
karena aku tak ingin keturunanku memikirkan kebodohan ini. . .
aku tak peduli orang-orang berkata bahwa aku tertidur bersama kenaifan
yang penting langit masih cerah meskipun awan selalu membuat penglihatanku gelap. . .

tapi aku percaya pada hujan
karena hujan tak akan berlama-lama diperut awan
dan awanpun tak akan sanggup menahannya
meskipun pada akhirnya awan akan marah dan mengeluarkan semua isi perutnya hingga tercipta genangan air diatas mata. . .

semuanya ketakutan
oarang-orang berlari
ku coba suarakan "langit sudah cerah, awan sudah melahirkan"
mereka berduyun-duyun menghampiriku

aku cemas
bahkan aku heran
hal yang tak ku inginkan terjadi
badanku sakit
wajahku memar
mulutku penuh darah
mataku terpejam
orang-orang membantaiku . . .

untung masih tertinggal satu tarikan nafas
untuk melihat satu keindahan yang abadi
ku buka mata,
kemudian ku lihat pelangi
hatiku tersenyum
orang-orangpun ikut tersenyum. . . .

Bimbang

Aku terlalu nyaman dengan keadaan ini, terbawa arus cerita bersamamu
Tapi semakin hari hatiku terasa sakit, perasaanku terus meratap.

Tidak tahu kenapa. . . ?
Begitu aku tahu, kalu senja yang datang adalah bagian dari dirimu
dan bulan beserta hiasannya mengiringi langkahmu.

Tak tahu harus berapa lama ku rangkai kata-kata untuk ku ucapkan padamu.
Hatiku bicara, tapi mulutku bisu
Hatiku mendengar, tapi telingaku tuli
Hatiku melihat, tapi matku buta. . .

Harus dengan isyarat apa yang akan ku tunjukkan padamu
Jika semuanya tak seperti yang biasa ku lakukan denganmu. . .

Sabtu, 11 Mei 2013

Wanita VS Pahit dan Manisnya



Cinta memang tak memandang….
Cinta sulit mana yang berakibat baik dan buruk…
Cinta bagaikan air yang mengalir, entah kemana ia mengalir.
ia tak pernah memikirkan dirinya, apakah mengalir melewati tempat yang kumuh, bau, dan bahkan tempat yang membuatnya menghilang di telan bumi….
Tapi ada yang lebih parah “WANITA”
Wanita yang membuat cinta tak terbatas…
Wanita yang membuat cinta tak memiliki arah…

Satu Ketulusan


Sejak peristiwa itu, aku tak pernah lagi menemukan seseorang yang pantas untuk mengisi hari-hariku. ketulusan yang dulu sama-sama kita punya seperti embun yang kehilangan malam. tak satupun embun menetes menghidupi kembali rasa yang pernah terpahat di hatimu, dan aku takut jika malam tak lagi melahirkan embun, aku takut jika matahari tak menemukan kekasihnya untuk ia sinari.
aku rindu padamu…
aku rindu akan kehangatan  cintamu….
aku rindu akan keheningan yang dulu pernah kita isi bersama…
tapi aku bahagia…. kali ini aku mengerti arti ketulusan dan kesetiaan, dan aku yakin, tuhan menciptakan satu ketulusan dalam hidupku cuma untuk kamu.

Berikan Jalan Untuku, Tuhan

Aku merasa kehancuran melanda jiwa, saat bulan purnama yang ku harapkan tak lagi menyinari malamku.
Mata yang seharusnya memandangnya ke atas, kini harus tertunduk meneteskan air mata.

Entah apa gerangan yang menyebabkan keredupan melanda malamnya, hingga tak kuasa menghempaskan cahayanya yang biasa ia tujukan padaku.

Belum sempat aku katakan, , ,
Tingginya gunung dan dalamnya lautan yang membentang tak cukup membuatku berhenti meraih kehangatan di dekatnya.

Tak mungkin aku cari alasannya! sebab jalanku telah basah oleh air mata kerinduanku.
Di sekitarku pun gelap, tak mungkin ku temukan sisa-sisa cahayanya yang masih terkubur bersama bekas pijakan kakinya.

Apa aku harus menunggu ?

Egoiskah Aku Tentang Kerinduan ini ?

Tak ada suara darimu membuat hari-hariku sepi.
Takkan ada satu tandapun yang dapat mengganti keramaian saat kau celotehkan syair-syair rindumu padaku.
Belum lagi desahan nafasmu yang pernah menempel di telingaku.

Kerinduan ini mungkin saja telah dalam, hingga aku tak sadar, ternyata banayak kerinduan yang dulu kurasakan, tapi kerinduan-kerinduan itu seakan musnah terbendung oleh kerinduanku padamu.

Tapi kau tak pernah menganggap itu ada. . .
Tak sedikitpun kau mencoba mengobatinya, meskipun hanya senyuman.
Apa karena aku terlalu naif ?
Apa karena rindu ini yang terlalu dalam, hingga kau merasa terbelenggu ?
Atau mungkin, karena kau tidak benar-benar mencintai aku ?

Aku harap semuanya hanya fikiran keegoisanku saja. . .

Ketakutan di Masa Lalu

Ku ceritakan ini lewat senyum dan tangisan. . .

Terulang kembali kisah sendu yang dulu mengisi kekosongan dan kesepian jiwaku.
Mengulang peristiwa yang dapat menyentuh air mata kebahagiaanku.
Sejak kau kibaskan benih cinta saat mata dan hatiku terpejam oleh keterpurukan.
Kau berikan kebimbangan yang dulu pernah aku rasakan, memaksaku berfikir dan bertanya "inikah jawabanmu, tuhan?"

Tapi berulang kali aku resapi, tak sedikitpun jalan terbuka menuju kebersamaan yang tuhan ciptakan untuku.

Tuhan . . .
Jika KAU kirim ini sebagai yang terbaik, jangan ciptakan ketakutanku tentang masa lalu yang mungkin terjadi lagi.
Berikan kami cinta dan kasih sayang yang besar, agar kami dapat menikmati anugrahmu yang suci ini. . .

Tuhan Kabulkan Hasratku

Hidup tak selalu seperti berjalan diantara pepohonan yang rindang dengan percikan air yang membasahi hasrat dan hati.
Hidup tak semudah menjatuhkan batu dari langit, yang begitu mudahnya jatuh diatas permukaan bumi.
Bagiku, hidup adalah berjalan di tengah kegersangan untuk mencapai satu titik kehidupan yang sejalan dengan hati.
Bagiku, hidup adalah kapas yang jatuh dari ketinggian dan terombang-ambing oleh tiupan angin.
Hanya do'a dan keteguhan hati yang dapat menghantarkannya menuju aliran sungai untuk mencapai kebahagiaan yang abadi.

Berbahagialah kalian. . . .
Yang hidup bersama kehendak dan kuasanya yang sesuai dengan do'a kalian.

Beruntunglah kalian . . .
Bisa berjalan diatas jalan yang telah tercipta sebelum kalian tercipta.
Tidak seperti aku. . .
Yang cuma berharap keajaiban dan kemustahilan. . . ! ! !